Selasa, 15 Februari 2011

Butuh Berita Benci Berita

Akhir-akhir ini gak nyaman banget ama tayangan tv Indonesia.
Hanya sedikit sekali acara yang baik buat ditonton. Tentunya ini menurut pendapat gw.

Over dramatisasi.
Hampir semua program didramatisir.
Dari sinetron dengan naskah berkualitas sangat rendah, infotainment dengan narasi yang mengadu domba, reality show lebay, sampai berita pun didramatisir sedimikian rupa. Membuat kita gak bisa bedain, ini berita atau opini sang jurnalis.

Gw butuh berita, gw butuh tau apa yang terjadi ama negeri ini.
Tapi sebagian besar berita isinya sangat tendensius. Informasi yang disajikan tidak proporsional lagi.
Kita sebagai penonton berita, diprovokasi untuk kemudian sependapat dengan narasi berita mereka.
Okelah, buat sebagian penonton provokasinya tidak berhasil. Masih punya pendapat pribadi yang didasari ilmu dan dasar pemikiran yang "bersih".
"bersih" disini gw pakai, karena pendapat pribadi banyak orang yang sering tampil di televisi sudah menggunakan emosi dan beberapa membawa kepentingan dibalik pendapat mereka.
Contoh terkini, yaitu tentang Presiden mengeluh gajinya gak naik-naik udah tujuh tahun.

Berita tentang Gaji Presiden ini menjadi sangat panas. Banyak demonstrasi bahkan gerakan menentang pernyataan Presiden tersebut. Sampai parahnya, ada gerakan Koin untuk Presiden. Bahkan anggota DPR lupa kalau mereka bukan lagi aktivis ketika duduk di Gedung Dewan, mereka sudah memiliki wewenang yang besar yang diberikan konstitusi dalam hal pengawasan dan budgeting. Mereka malah juga bikin kotak pengumpulan Koin untuk Presiden. Sangat memalukan, dalam kapasitas mereka sebagai Anggota DPR.
Gw sendiri melihat pernyataan Presiden itu bukan suatu hal yang begitu negatifnya sehingga membuat kita harus ribut dan melecehkan Presiden negara sendiri.

Tapi begitulah, televisi sudah menguasai pola pikir sebagian masyarakat Indonesia.
Bagaimana televisi membuat kita menjadi bangsa yang pesimis, anak-anak tumbuh dalam pikiran negatif, saling mencurigai.
Bukan berarti kita berhenti kritis. Tapi menurut gw, melihat sesuatu secara proporsional aja.

Itulah sebabnya, kalo nonton tv, sekarang gw lebih banyak nonton tv luar.
NHK world, misalnya. NHK juga TV berita. Jepang adalah negara yang paling sering ganti perdana menteri. Tapi berita mereka tidak seheboh atau keheboh-hebohan seperti pemberitaan di tv Indonesia.
Program inspiratif mereka juga banyak sekali. Sejuk tiap kali nonton tv ini.

Bukankah lebih baik kalo kita tumbuh dalam banyak inspirasi, objektifitas yang murni, optimistis ?

Tidak ada komentar: