Minggu, 25 September 2011

Manusia Penting di Sudut Dunia...

"Mas Franky kemana aja? udah jarang kelihatan sekarang?"
Sapaan tukang photo copy Barel, photo copy diseberang rel kereta FHUI.
Kalimat yang terdengar biasa, sangat sering diucapkan. Bahkan mungkin terkesan basa-basi.
Tapi aku tidak merasakan itu sebagai basa-basi ketika disapa oleh mereka,
aku menangkapnya, walau tak penting kehadiranku dirasakan oleh mereka.
Kuliahku sudah selesai waktu itu, menunggu telepon panggilan interview dan mendatangi gedung-gedung pencakar langit di Jakarta untuk beberapa tes dan interview menjadi rutinitas baru.
Pekerjaan nongkrong di photo copy barel menjadi sangat jarang,
Berbicara tentang banyak topik, bercerita tentang kampung halaman masing-masing, menjadi kebiasaan tiap kali mau photo copy. Atau bahkan cuma sekedar menyapa saat lewat hendak menyeberangi rel kereta.
Ada lima orang disana, semua tersenyum menyapa dan menyebut nama.
Kehadiranku tak penting buat mereka, tapi mereka merasakan ada hadirku.
Saat itu, aku merasakan menjadi manusia penting. Karena aku bukan siapa-siapa, bukan "orang penting" yang disambut dengan berdiri oleh semua orang ketika memasuki ruangan, bukan orang yang bisa membuat acara molor 30 menit hanya untuk menunggu aku hadir.
Tapi perasaan menjadi orang penting (walaupun hanya aku sendiri yang merasakan), menjadi penting untuk menutrisi semangat.

Dan ada kebiasaan anak UI penikmat Bikun (Bis Kuning UI), setiap kali hendak turun dari Bikun, mengucapkan Terima Kasih  ke Bapak Sopir. "Makasih ya pak..!", sambil bergerak keluar mobil. 
Dalam satu hari ada ribuan mahasiswa UI yang diangkut Bikun, dan ada ribuan terima kasih pula yang diucapkan dalam bis berwarna kuning itu. Betapa berkahnya hari-hari dan rezeki sopir-sopir Bikun. 
Aku meyakini ucapan terima kasih itu tulus, bukan hafalan yang terucap dalam sholat yang tak khusyuk. Aku tak pernah menanyakan seberapa penting ucapan Terima Kasih dari mahasiswa-mahasiswa UI mempengaruhi semangat bekerja sopir Bikun, tapi aku tahu Bapak sopir akan merasakan kehilangan yang sangat besar ketika mahasiswa UI tak pernah mau mengucapkan Terima kasih lagi. Ucapan terima kasih itu menjadikan sopir bikun menjadi orang penting.
Orang penting yang dibutuhkan kehadirannya dan ada ucapan terima kasih tiap kali berjumpa. Bukan orang penting yang kita umpat kinerjanya, yang sibuk mendongakkan kepala dan sibuk membangun citra agar tetap dipilih oleh pendukungnya.
Teramat banyak orang penting disekitar kita yang sering kita abai kehadirannya.







Tidak ada komentar: