Sabtu, 26 Februari 2011

Maaas..! Ini bukan spike tapi cepaaak..(Part-2)

Ini gue lanjutin cerita yang kemarin Part-1:

Si mas tukang potong rambut begitu seriusnya mengerjakan kepala gue. Keningnya mengernyit, mulutnya agak sedikit dimonyong-monyongin. Seperti seniman besar sedang mengerjakan masterpiece-nya. Mungkin seperti itulah Leonardo Da Vinci waktu mengerjakan Monalisa.
Melihat jari-jarinya begitu lincah dan kelihatan akrab dengan gunting dan sisir. Gue percaya hasilnya bakalan memuaskan. Gue biarin dia bekerja, dan gue tenggelam dalam majalah.

"cukup mas segini?", suara si mas lembut tapi tersirat kepuasan akan hasil pekerjaannya sendiri. Tiba-tiba gue melihat diri sendiri dalam versi berbeda. Kayaknya si mas motongnya kependekan. Tapi gak ada yang bisa dilakukan ketika rambut udah terlanjur pendek. Dan gue pikir ini juga bukan potongan spike kayak yang gue bayangin waktu ngomong spike tadi.
Berpijak pada slogan yang banyak didengungkan sekarang, Berpikir Positif, gue berpikir ini karena belum ditata aja.

Besoknya pagi-pagi banget naik taksi dari Bintaro ke Blok M ama Fitri. "Frank, kenapa rambutnya dipotong", fitri cuma komentar gitu doang. Sampai di kantor, taksi kita barengan nyampe ama mobil Ipin.
Pertama lihat gue, Ipin langsung ketawa ngakak. "Kenapa rambut lo? hahhahahhaha".
Ini pertanda buruk, ada yang salah ama rambut gue.
Seharian ini sering tiba-tiba Ipin ngaggetin dengan bikin komando "Siaaaaap Grak".
(nyebelin lo pin).
Besok paginya waktu baru turun mobil, dia ketawa-ketawa sambil mengeluarkan komando lagi "hormat grak', dan dia ngelakuinnya sambil bener-bener ambil sikap hormat. (lo bener-bener nyebelin pin).
Entah kenapa dia selalu melakukan itu kalau lagi di kantor aja, padahal kita tinggal satu kosan dan satu kamar. Mungkin karena outfit ama potongan rambut yang gak pas kalau lagi ngantor. Kayak polisi yang lagi nyamar , tapi pasti ketahuan, karena kalo ditanya jawabnya selalu "siap ndan..".

Udah tiga hari ini Ipin bertingkah nyebelin gitu. Dan Fitri kayaknya setuju, karena dia ikut ketawa puas tiap kali Ipin meledek gue. ( setelah gue pertimbangkan kayaknya lo juga nyebelin Fit).

Mendapati kenyataan ini, gue tersiksa. Hatiku serasa disayat sembilu lalu disiram air jeruk nipis dan ditaburi garam. Sungguh kejamnya lo pin. Lo juga Fit.

Pulang kantor, gue langsung mandi. Ipin gak pernah mandi tiap pulang kantor. ( udah nyebelin, lo juga jorok Pin).
Dalam kamar mandi, di depan cermin, gue menatap diri gue sendiri dalam-dalam. Biasanya kalo ngaca, gue akan menemukan bayangan Christian Sugiono di cermin. Gue kan mirip Christian Sugiono. ( gak boleh protes ). Tapi tidak kali ini, dengan potongan rambut seperti ini gue gak mirip dia lagi, mungkin lebih mirip Samuel Rizal. ( udah dibilangin jangan protes).

Setelah setengah jam didepan cermin. Dan setengah jam lagi duduk terpojok di kamar mandi kayak abis diperkosa. Gue memutuskan, kayaknya Ipin bener. Ini bukan spike, potongan rambut kayak gini lebih sering gue liat dipake ama penonton Kameria Ria di TVRI. Yang terhormat Bapak tentara.
Ini cepaaaak bukan spike.

"Mas tukang potong rambut di barbershop yang ada barbershop polenya disebelah Bintaro Junction yang kalo motong rambut mukanya serius banget ( diucapkan dalam satu tarikan nafas), lo bohongin gue. Ini cepaaak bukan spike".

Begitulah, akhirnya gue gak pernah balik ke barbershop itu lagi. Barbershop nya bagus dan hasilnya juga mungkin bagus, karena selalu rame disana. Tapi gue udah terlanjur tersakiti. "Sakit banget mas, kalo aja lo ada di posisi gue. Lo pasti tau gimana sakitnya". ( akting lebay bak sinetron).

TAMAT

Rabu, 23 Februari 2011

Pahlawan Tak Harus Berdarah - Darah...

Bangsa ini kehilangan kebanggan terhadap dirinya sendiri. Kehilangan suatu perkara yang penting bagi kemajuan suatu bangsa. Yang mana sejarah membuktikan, hanya bangsa yang bangga terhadap dirinya-lah yang kemudian maju memimpin dunia.

Bangsa Jepang begitu bangga menjadi keturunan Amaterasu (Dewa Matahari) dan merasa mampu menerangi dunia. Bangsa Amerika begitu bangga dengan sistem politik dan demokrasinya. Begitu juga dengan bangsa-bangsa di Eropa, bangga akan apa yang mereka miliki.
Terlepas dari sisi baik dan buruk yang diakibatkan, tapi fakta sejarah membuktikan, kebanggaan itulah yang menjadi kekuatan dan energi super bagi bangsa-bangsa itu. Optimisme lahir dari rasa bangga.
Tak ada yang baru sebenarnya yang terjadi di negeri ini. Korupsi, kekerasan, hukum yang berpihak dan tak berkeadilan, kemiskinan, dan penguasa yang tidak amanah, semua telah terjadi puluhan tahun, bahkan sampai hari ini. Perbedaannya adalah, saat ini semua bisa secara gamblang terpapar didepan mata kita melalui media. Dan kita dijejali setiap hari dengan kondisi menyedihkan ini.
Menyadari begitu bobroknya bangsa sendiri, begitu jauhnya harapan dari kenyataan. Kita menjadi pesimis, kalau tidak bisa dibilang putus asa untuk melihat bangsa ini bisa maju. Muaranya, kita kehilangan kebanggan terhadap bangsa sendiri.

Setiap kali berbicara politik, kita menjadi saling bermusuhan, seolah kebenaran hanya menjadi milik kelompok masing-masing. Ketika melihat penegakan hukum, ternyata uang yang mengendalikan. Televisi dipenuhi program-program pembodohan. Kita dikalahkan oleh bangsa sendiri.
Banyak prestasi sebenarnya yang dimiliki anak-anak bangsa. Anak Indonesia selalu merajai Olimpiade sains, mahasiswa Indonesia banyak memenangi perlombaan-perlombaan tekhnologi, dan ratusan prestasi serta pencapaian lainnya yang seharusnya bisa membuat kita memiliki kebanggaan sebagai bangsa. Mereka adalah anak-anak, pemuda, yang akan mewarisi negeri ini. Seharusnya kita optimis dan yakin, perbaikan di negeri ini akan datang. Tapi media, terutama televisi hanya punya minat dan waktu tayang yang sangat sedikit untuk hal ini. Berita politik yang carut marut lebih menjual. Pertarungan politik dan pertarungan dalam arti sebenarnya, membuat kita semakin yakin, kita kehilangan kesatuan dalam suatu ikatan negara.

Dalam pesimisme massal yang hampir akut, tiba-tiba seluruh rakyat Indonesia seperti disembuhkan dari Amnesia. Diingatkan kembali dengan kebesaran diri dan harapan bersama yang akhir-akhir ini terlupakan. Secara bersama-sama tanpa sekat politik dan agama, dan dipenuhi rasa optimis dan kebanggaan yang juga hampir tak dikenal, bangsa Indonesia kembali menemukan rasa kesatuannya, kembali mendapati harapan-harapan kolektif yang telah lama tak dimiliki, karena cita-cita bersama sebagai bangsa selalu berhasil diboncengi oleh kepentingan kelompok tertentu.
Tiba-tiba kita bersatu, tiba-tiba rakyat tidak menjadi pembenci, tiba-tiba politisi sedikit kalah panggungnya dari sorot kamera, tiba-tiba media sedikit lebih baik kepada pemerintah dan rakyat. Dalam waktu beberapa hari saja ternyata kita mampu membangun kebanggaan dan sikap optimis lagi sebagai bangsa.

Ternyata setelah 65 tahun merdeka, kita masih butuh Pahlawan. Pahlawan yang membuat bangsa Indonesia kembali bersatu. Bangsa ini sudah lama kehilangan teladan yang menginspirasi.
Pahlawan itu adalah Tim Nasional Sepak Bola Indonesia. Sekumpulan pemuda berseragam merah putih. Barisan anak bangsa bermandi keringat. Merekalah pupuk bagi optimisme yang hampir mati, tali pengikat untuk kelompok-kelompok yang tercerai-berai. Mereka benar-benar pahlawan. Kita bersama-sama mencintai mereka.


Dan hebatnya lagi, bangsa kita juga bisa mencintai orang asing, seolah dia adalah bagian dari kita. Setelah kita marah terhadap bangsa Malaysia, iri terhadap negara Singapura, sebagian juga membenci Amerika. Sekarang kita juga bisa mencintai warga negara lain.
Kita secara sadar mencintai dan berterima kasih sekaligus menaruh harapan yang besar pada pundaknya, kepada seorang Alfred Riedl.




Senang mendapati kondisi seperti ini.
Ternyata tak perlu saling bertengkar dulu untuk bersatu. Tak perlu menghabiskan triliunan rupiah untuk membangun optimisme. Hanya butuh pemikiran positif, sikap positif, dan asupan lebih banyak informasi positif, untuk membangun lagi harapan dan melakukan perbaikan.
Berharap keadaan ini tidak hanya euoforia, tapi semangat ini menular ke panggung politik, kedalam pemikiran awak media, seluruh rakyat Indonesia dan terutama Anak-anak indonesia.

Jumat, 18 Februari 2011

Guruku sayang, Muridmu ini Malang.

Pendapat Prof. Arif Rahman dalam Kick Andy malam ini, bener-bener menggambarkan bagaimana inginnya gw punya guru yang kreatif dan inovatif waktu sekolah dulu.

Jaman SMA adalah episode terburuk gw sebagai pelajar.
Gw males belajar. Baca buku pelajaran berat banget rasanya.
Salah satu gambaran parahnya, dari kelas 1 sampai lulus SMA. Gw cuma punya 6 buah buku tulis, dipake buat seluruh mata pelajaran selama 3 tahun.
Bahkan sampai tamat pun, 6 buah buku itu gak pernah penuh terisi. Kasihan sih sebenarnya ama buku-buku itu. Mungkin mereka berharap akan dipensiunkan tiap kali kenaikan kelas. Tapi harapan mereka gak pernah gw kabulkan. Mereka dipaksa menemani gw sampai 3 tahun. Kasihan sekali buku-buku itu...

Kelas 1 yang paling berantakan, satu-satunya pelajaran yang gw sukai adalah Bahasa Indonesia. Itu karena guru yang mengajar adalah salah satu guru favorit gw. Ibu Kutarni. Beliau membawa suasana lain tiap kali mengajar, sangat menarik. Beliau jugalah orang pertama yang membuat gw percaya diri untuk kritis. Tugas menulis yang diberikan beliau untuk diseleksi dan ditempel di Mading sekolah, membuat gw jadi terkenal mendadak.
Gw jadi tukang protes kelas kakap. Minoritas dijamannya. (Akan gw post tersendiri tentang cerita ini)

Kelas 2 SMA, gw jatuh cinta ama kimia. Ini karena gw ikut les pelajaran Kimia.
Bu Nyayu, guru les tercinta, membuat gw suka pelajaran Kimia. Alasan sebenarnya dibalik itu adalah Bu Nyayu itu sendiri. Sebagai guru muda, beliau menempatkan dirinya dengan baik. Jarak antara guru dan murid gak begitu jauh ketika belajar dengan beliau. Kita bisa ngobrolin banyak hal, termasuk masalah pacar. Bahkan pernah suatu hari beliau menyarankan , untuk jangan pacaran ama seorang gadis, adik kelas gw. "Terlalu genit buat Franky", begitu alasan beliau. Aku memang terlihat seperti anak baik waktu itu. Sekarang pun masih. Mungkin. Entahlah..

Gw selalu suka kalo guru nya OOT (Out Of Topic). Seneng aja kalo didepan kelas, gurunya bicara tentang hal-hal lain diluar pelajaran. Itulah kenapa gw gak pernah dapat rangking 1 dikelas. Gw lebih tertarik materi diluar pelajaran. Kalaupun gw rajin banget waktu itu, mungkin gak akan dapat rangking 1 juga. Kapasitas otak gak memadai.

Pelajaran Biologi juga menarik ketika kelas 2 SMA. Bab anatomi tubuh manusia, khususnya alat reproduksi. Sungguh mencerahkan.

Sebenarnya gak bisa menyalahkan guru juga sih, tugas mereka kan mengajar, sesuai kurikulum.
Gw aja yang aneh.
Datang ke sekolah ya buat belajar. Nah, gw maunya kayak sanggar seni. Kita bebas berekspresi.
Anak sekolahan yang aneh.
Mungkin ini akibat terlalu banyak baca dan nonton tv. Terinspirasi oleh tokoh-tokoh tak nyata.
Kadang merasa bisa berbuat seperti super hero.
Padahal gw adalah intruder dari kehidupan nyata guru dan teman-teman sekolah.

Rabu, 16 Februari 2011

Membaca dan Kotaku

Ada kebiasaan lama yang sekarang kumat lagi.
Tapi percayalah, ini kebiasaan baik teman. Yaitu membaca disore hari di tempat indah.

Semasa sekolah dulu, ada beberapa tempat yang sering aku kunjungi untuk membaca.
Tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1 kilometer dari rumahku, ada air terjun, tidak terlalu tinggi. Sekitar 3 meter tingginya. Dulu bersama teman-teman SD hampir setiap hari bermain disana. Air yang mengalir langsung dari gunung membuatnya selalu jernih. Dulu airnya cukup besar. Sekarang sangat kecil dan cenderung kotor.
Disana aku sering menghabiskan waktuku untuk membaca. Tidak banyak yang bisa aku baca waktu itu. Pagaralam adalah kecamatan, yang jauh dari kota besar. Tidak ada toko buku besar yang menjual berbagai macam buku. Toko buku kebanyakan hanya menjual keperluan sekolah. Untungnya, ada taman bacaan yang buka disana. Seingatku ada dua.
Buku dan majalah lama yang tersedia disanalah santapan bacaanku waktu itu.

Dan salah satu tempat favoritku lainnya adalah belakang rumahku sendiri. Teman, dibelakang rumahku ada sungai yang dibuat bendungan. Sampai sekarang bendungan itu masih ada, tapi sekarang bendungannya sudah terbuat dari beton, tidak kayu seperti dulu. Dibelakang rumahku ini, aku paling banyak menghabiskan hari-hari masa kecilku.
Ini photo sungai belakang rumahku. (Sebenarnya photo ini akan terlihat lebih baik kalau tidak ada aku disana)


Nah, sekarang kebiasaan membaca ditempat indah itu, kambuh lagi sekarang. Hampir setiap sore, aku selalu membawa buku untuk dibaca di tempat-tempat yang indah.
Menurutku, pengalaman membacanya lebih menyenangkan, ketika dibaca di tempat-tempat yang indah. Saat ini ada dua tempat yang sering kukunjungi sore hari untuk membaca. Yaitu perkebunan teh dilereng gunung Dempo dan danau kecil bernama Tebat Gheban.




Diperkebunan teh ini, biasanya aku selalu mencari sudut-sudut yang berbeda untuk berhenti dan mulai membaca sambil menikmati hamparan hijau.
Dan ini Tebat Gheban :



Tempat yang bagus, untuk menikmati sore hari dan berpetualang dalam buku.

Selasa, 15 Februari 2011

Butuh Berita Benci Berita

Akhir-akhir ini gak nyaman banget ama tayangan tv Indonesia.
Hanya sedikit sekali acara yang baik buat ditonton. Tentunya ini menurut pendapat gw.

Over dramatisasi.
Hampir semua program didramatisir.
Dari sinetron dengan naskah berkualitas sangat rendah, infotainment dengan narasi yang mengadu domba, reality show lebay, sampai berita pun didramatisir sedimikian rupa. Membuat kita gak bisa bedain, ini berita atau opini sang jurnalis.

Gw butuh berita, gw butuh tau apa yang terjadi ama negeri ini.
Tapi sebagian besar berita isinya sangat tendensius. Informasi yang disajikan tidak proporsional lagi.
Kita sebagai penonton berita, diprovokasi untuk kemudian sependapat dengan narasi berita mereka.
Okelah, buat sebagian penonton provokasinya tidak berhasil. Masih punya pendapat pribadi yang didasari ilmu dan dasar pemikiran yang "bersih".
"bersih" disini gw pakai, karena pendapat pribadi banyak orang yang sering tampil di televisi sudah menggunakan emosi dan beberapa membawa kepentingan dibalik pendapat mereka.
Contoh terkini, yaitu tentang Presiden mengeluh gajinya gak naik-naik udah tujuh tahun.

Berita tentang Gaji Presiden ini menjadi sangat panas. Banyak demonstrasi bahkan gerakan menentang pernyataan Presiden tersebut. Sampai parahnya, ada gerakan Koin untuk Presiden. Bahkan anggota DPR lupa kalau mereka bukan lagi aktivis ketika duduk di Gedung Dewan, mereka sudah memiliki wewenang yang besar yang diberikan konstitusi dalam hal pengawasan dan budgeting. Mereka malah juga bikin kotak pengumpulan Koin untuk Presiden. Sangat memalukan, dalam kapasitas mereka sebagai Anggota DPR.
Gw sendiri melihat pernyataan Presiden itu bukan suatu hal yang begitu negatifnya sehingga membuat kita harus ribut dan melecehkan Presiden negara sendiri.

Tapi begitulah, televisi sudah menguasai pola pikir sebagian masyarakat Indonesia.
Bagaimana televisi membuat kita menjadi bangsa yang pesimis, anak-anak tumbuh dalam pikiran negatif, saling mencurigai.
Bukan berarti kita berhenti kritis. Tapi menurut gw, melihat sesuatu secara proporsional aja.

Itulah sebabnya, kalo nonton tv, sekarang gw lebih banyak nonton tv luar.
NHK world, misalnya. NHK juga TV berita. Jepang adalah negara yang paling sering ganti perdana menteri. Tapi berita mereka tidak seheboh atau keheboh-hebohan seperti pemberitaan di tv Indonesia.
Program inspiratif mereka juga banyak sekali. Sejuk tiap kali nonton tv ini.

Bukankah lebih baik kalo kita tumbuh dalam banyak inspirasi, objektifitas yang murni, optimistis ?

Senin, 14 Februari 2011

Beberapa photo terbaik dari petualangan sore hari dua minggu terakhir, di kotaku.

Sunset over the mount..









Minggu, 13 Februari 2011

I am Invisible



Sudah sebulan, aku tak terlihat
Hilang dalam ruangan 3x4, berwarna putih
Disudut peraduan, patah , tak berjiwa

Bermimpi, tapi tak punya mimpi
Mengembara menjelejah garis luar lingkaran
Dan aku hanya berputar, melingkar
Lingkaran ini gelap

Senin, 07 Februari 2011

Bandung Love Strory.. (re-post dari blog lama, 2006)


I love the city…the hospitality…and the people(ya gw jatuh cinta ama org bandung),

post gw kali ini gw mau cerita tentang pengalaman cinta gw di Bandung (klo mau denger cerita ttg kota Bandung tanya Gubernurnya aja, Dari Jumlah Penduduk sampe APBD dia hafal)…

Cewek Bandung emang lovely and delicous ( Delicious maksudnya apa nih..?). Buktinya gw pernah berapa kali pacaran ama awewek bdg.

Pacaran pertama gw, ama seorang gadis cantik saudara ibu kos gw, gw emang selalu tepat dalam hal milih kosan tapi tdk tepat dalam milih pacar, makanya gw gak dinamain "frankz hood" (kalo Robin Hood manah ama busur maka gw manah pake cinta…ceilaaahhh), pacarannya gak lama lalu kita broke up, alasannya ???? (baca aja dulu semua..).

Pacaran kedua ama teman kuliah gw (pacaran yg ini illegal karena gak pake acara Katakan Cinta, tiba2 udah jalan aja…),Blasteran Manado - Portugal, setiap kali mau jalan ama dia, gw pastikan dia gak pakai sandal berhak tinggi. Dia lebih tinggi dari gw. Kalo ditambahin hi-heel juga, udah kayak jerapah jalan ama kucing jantan yang tampan. ( Sengaja gw milih pengibaratan kucing, biar lebih imut gimanaaa gitu) .Setelah kita jalan ternyata gw banyak nerima kritik dan saran yang membangun, untuk gw segera mengakhiri hubungan gw ama gadis ini..

alasannya ?????(udah gw bilang bacanya selesain dulu…),

Dan yang ketiga belum sempat jadian, tapi gw udah harus mundur teratur dan bersahaja(apaan seh..) alasannya????

Aduh ampun gw ama cewek-cewek Bandung,

teganya kalian semua meluluhlantakkan, membumihanguskan, menghancurleburkan, merumahsusunkan (lho..????koq jadi rumah susun) hatiku yang suci dalam debu ini (masih inget gak sih ama lagu itu..keren banget waktu itu),

ternyata mereka semua udah punya pacar….OOOOHHHHHH NOooooo!!!!oh yeees..oh my god.. Bahkan yang kedua tuh, udah tunangan dan mau kawin .


gw seharusnya udah bikin buku trilogi kayak Lord Of The Ring, mungkin gw akan kasih judul , Lo Bikin Gw Geuring…sutradara filmnya Bryan Singer aja (soalnya dia yg bikin film Superman Return, jadi gw bisa pake kostum superman aja di film itu..keren banget pasti),,

Yang terakhir baru terjadi beberapa minggu yg lalu…masih bersisa sakitnya soalnya dia Sadomassochist, itu lo yg penganut kekerasan…ya gak lah!

Gw jadi penasaran ama kedatangan gw ke Bandung selanjutnya,,,,
entar gw bikin Bandung Love Story Part-2 kalo gw punya cerita cinta lagi di Bandung,

Untuk itu tetaplah bersama kami setelah pesan2 berikut ini..Obsesi:Pembaca Berita,,,he,,he,,hehhe uagghh

Mencintalah..


Maka berceritalah angin pada hujan,
wahai hujan…manusia itu berteriak ketakutan
ketika aku menjadi puitng beliung..! Dan mereka
mencari tempat berlindung..!

Hujan pun turut bercerita,
wahai angin…manusia juga ketakutan ketika aku
tumpahkan semua bulir air yang ada di awan
sehingga membanjiri muka bumi..! Dan mereka
mencari tempat berlindung…!

tapi angin dan hujan tak pernah tahu..manusia
tak
pernah lari ketakutan..manusia tak butuh tempat
berlindung lain…!
karena manusia punya cinta untuk berlindung..!
karena manusia saling mencinta untuk tak jadi
penakut..!

Maka mencintalah untuk sempurnanya
manusia..!

KITA...


Aku tak pernah cerita pada sahabatku….apa mimpiku!!!

telah semua babak hidupku ku dongengkan padanya, karena ia pun ada dalam beberapa episode-nya…….

aku sanggup berbagi nafas padanya karena ia turut membuat jantungku untuk tetap berdegup, kami punya mimpi bersama…………..

untuknya aku pernah tumpahkan air mata bagi kedukaannya, karena berakhir harapnya.

untukku ia pernah terjatuh karena menarikku pada cahaya!

Kita punya janji untuk saling menjaga, untuk membawakan terang walau hanya mampu bawa setitik api……

aku masih percaya pada barisan kata yang kita sepakati !

kita tak menjauh meski memang ragawi kita tak dekat, tapi kerinduan untuk sekedar berbagi senyum walau getir atau tawa sesungguhnya karena dengan sahabatku aku sungguh tertawa akan tetap terjaga……

Ya…aku tak pernah cerita pada sahabatku apa mimpiku, tapi sahabatku tahu lebih banyak lebih dari sekedar mimpiku….karena kita jiwa yang satu..!

Aku rindu sahabatku….!

Minggu, 06 Februari 2011

Good Friend,,Bad Friend.




Kaget gak liat video ini?
Kita pasti langsung berpikir, anak-anak ini kasar banget, gak ada sopan-sopannya dan gimana mereka dididik di keluarga ya?

Mereka berteman, bukan saudara. Begitu pengakuan mereka di acara itu.

Abis liat video ini, gw jadi mikir, teman-teman seperti apa yang gw punya ?
Dan, teman seperti apa gw sebenarnya ?
Anak-anak gadis ini punya sikap dan cara berpikir yang sama.
Dan menurut perkiraan gw lagi, mereka saling memepengaruhi dalam sikap dan cara berpikir dan mempunyai standard etika yang disepakati secara tidak sadar oleh mereka.

Gw gak akan ngomongin tentang Etika disini. I am not the one.
Tapi sekedar berkaca aja tentang pertemanan.

Dalam berteman, apalagi sohiban, kita biasanya secara sadar atau gak, akan memilih teman dengan orang yang kita nyaman ketika ama dia.
Ngobrolnya nyambung, hobinya sama dan alasan lainnya.

Kalo gw sendiri, ada hal yang juga penting banget, yaitu apakah teman ini bisa mempengaruhi gw dalam hal-hal yang positif.

Ketika kita lagi dekat ama orang lain, kadang kita berpikir menggunakan cara berpikir orang itu. Bisa karena orang ini lebih dominan, lebih pintar atau memang dia jago mempengaruhi orang lain. Dan itu gak jadi masalah, selama hal itu positif.
Apalagi ama orang yang bisa menularkan kepandaian dan sikap positif yang dia punya.
Yang bisa memotivasi kita buat lebih maju. Cinta mampus gw ama orang kayak gini.

Tapi kadang ketemu juga ama temen yang nyebelin, atau secara prinsip bertolak belakang banget, atau mister segala tau, atau senengnya ngomongin jeleknya orang, atau temen-temen "aneh" lainnya.
Selama gak merugikan sih, lanjut aja berteman. Alakadarnya..

Kalo katanya Neo, " selama lo gak ganggu gw, gw sih asik-asik aja...wataaaaw"