Sabtu, 22 Januari 2011

Maaas..! Ini bukan Spike tapi cepaaaak....


"Siaaaaaaap Graak....!" langsung ambil posisi tegap dengan muka meledek yang menyebalkan..
Hampir dua minggu Arifin bertingkah kayak gitu tiap pagi, bahkan kalo gak sengaja berpapasan.
Penyebabnya adalah...:

Salah potong rambut
, yang salah bukan gw tapi mas-mas di barbershop sialan itu.
Waktu itu gw lagi On The Job Training di Bank Niaga cabang Falatehan-Blok M.
Ini adalah OJT pertama kita di PPE( ODP Bank Niaga), jadi kudu bener-bener serius dan tegang, karena semua dinilai dan WAJIB sok ramah ama siapapun.
Tiap pagi, kita harus nungguin para frontliner dandan, katanya ini bagian dari pelajaran yang harus diserap. maksudnya..?
Dan yang bikin gw seneng, berarti kita boleh memasuki area Teller, uang dimana-mana. Ada mesin penghitung uang, seneng banget bisa mainin mesin ini. Menurut gw, mesin ini lebih seksi daripada Teller-tellernya. Kalo dibilang penyakit, mungkin gw mengidap "Money Machinomania". Penyakit yang menjangkiti pria-pria penyuka benda kotak dan memiliki gerakan cepat seperti menjilat. Gw yakin, proffesor di Jepang pun belum pernah menelitinya. jadi, I Am The Inventor.

"Mesti banyak nanya", begitu pesan para pengajar.
Sayangnya, gw tipe malas bertanya. Apalagi kalo udah deket Mesin itu, kita sering saling lirik. Bahkan kadang aku menyentuh bagian paling sensitif nya, iya, bagian dia menjepit uang. Kegilaan semakin menjadi.

Kami bertiga adalah tim yang komplit, lebih tepatnya Aneh.
Fitri, Suara mendayu dan gerakan gemulai serta paling mudah panik. The Panic Lady.

Arifin, tinggi, merasa dirinya tampan (bagian ini karena gw ngiri aj), punya baju kerja dengan warna dan bahan aneh, tipikal begajulan, tidur ngorok,,,pokoknya lo aneh deh pin. Pisss man.. The Kind Bad Guy.

Gw, pelor, males nanya, pecinta mesin uang, charming (oyeeeaaa...). The Charming Sleepy Man.

Kami cukup menarik perhatian para karyawan Bank Niaga disini, karena keanehan kami ini.
Sebagai pria-pria dengan gejala nafsu yang mengkhawatirkan, sudah menjadi Tugas Mulia buat gw dan Ipin (nama panggilan buat Arifin) untuk tebar pesona. Tapi Ipin tidak pernah bisa menaklukkan Mesin uang itu, karena gw tahu mesin itu sudah jatuh cinta ama gw. Gw sangat yakin hal itu.
Beberapa berhasil, gw ingat waktu masuk lift mau naik ke lantai 3, ada dua orang Officer wanita setengah baya ( seperempat baya atau dua pertiga baya mungkin , karena sampai sekarang gw gak ngerti setengah baya itu setua apa?) mau keluar dari lift, sedangkan gw mau masuk, kita berpapasan. Seperti biasa dengan senyum manis kita harus menyapa "mbak". "hai.." sambil senyum juga dua officer itu balas menyapa. Sebelum lift tertutup, salah satu dari mereka, bilang " cakep ya anak PPE nya..!" . Horeeee, gw berhasil menarik perhatian ibu-ibu. Gw mungkin emang tipenya ibu-ibu, karena tampang gw yang anak baik banget, bertolak belakang ama tingkah agak brengseknya gw.

Jumat malam, gw balik ke kosan di daerah Bintaro, karena Sabtu -Minggu kita bebas. Selama OJT Tim Aneh ini juga nge-kos di daerah Radio Dalam, biasa alasan penduduk Jakarta, efisiensi waktu.
Kayaknya gw mesti potong rambut, karena udah agak panjang.

Sabtu pagi, abis jogging and sarapan gw pergi ke Barbershop di sebelah Bintaro Junction.
Barbershop-nya bersih, rapi, nyaman deh pokoknya.
Sebenarnya alasan utama gw kesana karena mereka pasang benda berbentuk tabung dengan warna putih merah biru yang berputar didalamya, Barbershop Pole.

Itu benda keren banget untuk ditempel didepan Barbershop. Gw merasa kayak Pierce Brosnan kalo masuk barbershop yang ada Barbershop Pole- nya.
Nyamannya udah berasa banget waktu pertama masuk, beberapa photo dipajang. Photo yang gambarnya kejutan buat pelanggan ke -1000 , ke-1500. Kreatif..
Sambil nunggu, gw baca beberapa majalah yang menurut gw bagus dan ada beberpapa majalah asing. Kesimpulan gw, pelanggan dari barbershop ini adalah orang-orang terpelajar.

"Pak, Silahkan..", mbak kasir menyilahkan gw duduk di salah satu kursi, yang lagi-lagi kursinya juga bagus.
"Pagi mas, mau potong gimana?" mas pemotong rambut bertanya dengan ramah.
"Dibikin Spike ya mas." jawab gw sambil membayangkan potongan rambut Leonardo Di Caprio di film Titanic, oh bukan, itu polem ya. Pokoknya spike deh, ngomongya aja udah keren kan, "Spike" (bibir dimonyongin dikit, sambil garuk-garuk pantat).

Disinilah kisah Spike itu dimulai....(hihihi..ceritanya udah panjang tapi bilang baru mulai, tapi beneran koq, ini awal ceritanya)


Bersambung... PART-2

Jumat, 07 Januari 2011

LOST AND FOUND


Hari ini aku kehilangan sesuatu, bukan, beberapa mungkin. atau bisa jadi aku kehilangan banyak. ya banyak. Kawan, ingatkah dulu? kalau boleh dihitung dengan rentang tahun, 5, 7, 10 atau 15 tahun yang lalu, kita menyimpan target dilengkapi dengan pencapaian-pencapaian tentang apa yang akan kita miliki 5,7,10 atau 15 tahun lagi. Banyak mimpi, banyak harapan, banyak strategi, dan juga banyak perkara yang tidak kita ketahui akan dihadapi esok.

1,2,3,5,7,10,15 tahun kemudian kita melewati banyak hari, tiap hari dilengkapi usaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi kemarin. Hari ini tersenyum, besok dibuat melayang, lusa terjerembab, hari berikutnya menang, begitulah waktu terlewati. Ternyata tidak setiap hari menyenangkan, ternyata mimpi itu kadang seperti mengejar bayangan sendiri, dekat tapi tak nyata, bahkan menghilang ketika gelap datang.

Hari ini, kita mendapati diri kita dalam keadaan yang sangat berbeda dari gambaran tentang masa depan, mendapati diri kita sedang terpuruk, atau buat sebagian lagi melangkah jauh melebihi mimpi miliknya. Bahkan mungkin, masih ada yang mencintai mengejar mimpi itu sendiri, karena mimpinya adalah pengejaran atas mimpi itu sendiri.

Kapan Berhenti..?
Haruskah Berhenti..?
Bolehkah sejenak diam tak bergerak..?
Bagiku, aku tidak menjawab...

Untukku mimpi tidak mengikatkan dirinya pada waktu.

Mimpi itu adalah meletakkan harapan diatas harapan-harapan...

Seperti sungai yang bertemu di muara, dan menyatu dalam laut..
Tak Bertepi...
Mimpi itu tiada muaranya, kawan.